Catatan kecil Sabtu 29.09.12 - 02.02am : Kembali isi hati harus bicara pada diriku , bisik yang terlanjur terlalu keras terngiang ditelinga ku , bukan lagi sekedar bius hati biasa , aku adalah aku yang terluka lagi malam ini, semua bukan lain karna kesalahan ku, berjalan di tepian tebing yang bukan lagi curam , melainkan tajam disietiap sisinya , itu yang kini harus dilewati , iya , semua ini karna pilihan .Dan harus memilih. 

Keadaan aku saat ini seperti yang mereka-mereka sering katakan , "semua tak semudah membalikan telapak tangan" , kata siapa membalikan telapak tangan itu pekerjaan mudah? , itu terlihat mudah karna dilihat dari satu sisi , kaca mata umum yang selama ini jadi acuan mereka-mereka , dari "kiri ke kanan" semua tampak mudah , saat situasi nya dibalik dari "kanan ke kiri" ,apa membalikan telapak tangan masih terlihat mudah ?

Masalah ini terlihat umum hanya bagi mereka yang tahu sampul perasaanku , mungkin mereka tidak akan melanjutkan untuk membaca kisah ini lebih lanjut saat tahu kata pengantar dari kisah ini seberat isi buku pada umumnya , iya berat bagi ku saat ini .Berat juga bagi mereka yang tahu .Dan berat bagi kamu diujung sana, kamu yang aku fikirkan saat ini.

Semua terkilas balik, terlintas saat aku mampu melihat bayang masa lalu tepat didepanku , semua yang baik berlalu , semua yang buruk terpaku ,hanya sisakan ruang buat ku bernafas menikmati jalan kilas ini sedikit demi sedikit harus bisa terbiasa.

Aku ingin denganmu lebih lama lagi ,iya, lebih lama lagi. Bukan  sekedar untuk mengukir indah hari kemarin , bukan untuk merangkai manis hari ini , bukan juga menemani mimpi-mimpiku esok.semua tentang hati .Kali ini tak kenal kompromi, aku yang harus terinjak dikepalaku oleh kaki-kaki masalah ini.

Biarkan , biarkan hal ini mebebaniku , meski terlihat aku mampu,bukan berarti sanggup.dingin diujung jari-jari ku buat kamu yakin aku mati rasa soal ini. Bukan aku yang mati rasa, tapi fisik ku yang mati jiwa. Semua terasa tanpa hempas saat aku terjatuh , teriakan memanggil ku , hanya tersapu lembut ditelingaku ,iya ini karna tanpa kamu.

Sejenak terhenti saat aku menulis baris ini, harus mengambil nafas lebih dalam buat ku terbiasa menulis semuanya ,terbiasa menyadari kalau ini nyata , bukan hanya bisikan hati yang mengetuk daan mendobrak perasaan untuk aku sadari kamu ada.

Yang aku ingin terjadi saat ini, seseorang memukul keras kepalaku dan membangunkan ku, menyadarkan ku kalau semua ini hanya mimpi. Benar,saat ini kalau aku hanya bermimpi. bermimpi kalau semua ini mimpi. Tapi semua ini nyata hadir dihadapan ku.

Tepat dihadapan ku saat ini ,dua buah jalan yang harus ku pilih dan dibelakang ku gerombolan srigala yang siap menerkam ku hidup-hidup hingga mati. tak bisa menunggu lama. Tak bisa untuk kembali.

Menutup mata dan berharap mati saat tubuhku dikoyak hentakan gigi-gigi tajam srigala bukan harapanku. Membiarkan mu sendiri ,menunggu aku yang kembali dengan sisa-sisa darah dari mulut-mulut srigala itu hanya akan buat mu ikut terluka. Mereka hanyalah srigala-srigala yang melolong kuat saat mengira kita ancaman mereka . Terganggu dengan suka yang kita alami. Tertawa kala duka membebani kita.

Tepat pukul 03.03wib pagi ini aku masih terjerat rasa rindu mengingat mu. semua tentang mu. Semua yang manis karna kita. Semua menjadi hitam-putih tak berwarna ,aku yang ingini, biar semua tak terlalu jelas melukai hatiku. Dan tak terlalu keras menghancurkan perasaan mu.

Aku berbicara pada diriku sendiri, menertawakan diri ku sendiri saat ini,tapi munafik dan terus sembunyi dari sedih ini, juga bukan pilihan ku. 

Suara gerombolan srigala yang siap memangsaku terdengar sayup-sayup mendekat , waktu ku memilih semakin dekat . Detak jantungku menggangu fikiran ku untuk berfikir lebih jernih , apa benar aku harus terdiam ,tolong teriak , beri tau aku "kamu" disisi jalan yang mana . "kamu" yang benar-benar tulang rusuk ini ada dimana, 

Saat sekelilingku hanya udara sisa-sisa hembusan mereka ,terhirup dan terbiasa mengisi paru-paru ku yang terlihat lelah namun tak menyerah silih berganti hembusakan sisa-sisa yang sia-sia ,bernafas tak semudah biasanya.

Aku yang kini diam pada diriku, tak bicara pada semesta, hening arahku munuju mu. Dan biarkan tangan-tangan Tuhan bekerja sesudahnya pada pilihan ku padamu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar